Senin, 18 April 2016

Ruang Harapan


Layaknya deandelion yang terbang kearah mata angin...
dia tidak meminta pohon untuk menjadi tempat singga, 
dia juga tidak meminta bumi untuk menjadi peraduannya,
hanya meminta ruang yang bisa menjadi saksi ada dirinya...

detik-detik dan ruang berada dikesunyian, angin berhembus membisik kata kalbu,
gelap hampa tiada terasa apapun jua, enggan pergi atau tetap pergi...
pergiku membawa setia dalam diam, senyap membawa orang untuk bertanya...
mungkin ini hanya seuntai kata, yang tidak meminta harapan untuk kembali...

tulang rusuk bekerja keras dalam memindai semua sendi-sendi yang aku rasa, 
berkilo dan berabad lamanya setianya masih ada...hah lelah...

terasa amat terasa jika diruang ini bebanku terasa...
bukannya berharap pada kebisuan mereka, hanya meminta kepadaNya...
serba serbi apapun tentang mereka, yang aku tahu hanya luka darinya...

Tuhan...mungkin ini hanya sedikit, tetapi sangat menukik direlung jiwa...
Tuhan...aku merendahkan diri berharap kepadaMu menunjukkan jalan terbaik...
Aku mencoba mematikan rasaku sejenak, karena aku paham aku...

kerasnya batu, akan terbungkus lumut yang indah meski wujudnya tertutup juga...


By: Randi
Perpustakaan FISIP UNPAD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar